Ini adalah Santigi Kang Fajri yang saya robah saat acara Forum Diskusi Seni Bonsai Indonesia pada tgl. 17 Maret yg baru lalu, dengan dasar pemikirannya....
Foto awal saat dikirim ke saya beberapa waktu yll untuk diminta komentar :
Ini kondisi yg telah sedikit direposisi (posisinya sedikit diturunkan) saat dipamerkan di Cirebon minggu yll :
Ini adalah foto setelah dirobah :
Dasar pemikirannya :
-
Design awalnya terkesan adanya jebakan mind-set seakan-akan setiap
bonsai harus ada "mahkota"nya, sehingga sering kita dengar pertanyaan :
"Mana mahkotanya ? Padahal tidak ada keharusan bahwa pohon harus
mempunyai "mahkota", yang ada adalah "tajuk".
- Ini adalah pohon
tropis. Pohon tropis tidak semestinya mempunyai "apex" yang berbentuk
segi-tiga, karena hanya pohon jenis cemara yg memiliki tajuk berbentuk
segi tiga sehubungan dengan sifat "apical dominant" dari struktur pohon.
Apex pohon tropis seharusnya berbentuk terbuka melebar.
- Coba
kita bayangkan..kalau di alam, kira-kira faktor apa yg menyebabkan
batang pohon ini berliuk dan melintir demikian dengan bagian atas
tertekan keras ke bawah ? Apapun faktornya, yg jelas adalah suatu
tekanan alam yg terus menerus...dan kalau demikian, kemungkinannya
sangat kecil bahwa pohon tersebut akan memiliki apex yg berbentuk segi
tiga mengkrucut ke atas.
- Secara estetika seni, pohon tersebut
memiliki 2 karakter yg berbeda yg disatukan secara kurang terpadu dan
kurang harmonis. Garis batang yang meliuk adalah karakter garis yg
mengesankan santai, relax, casual, dinamis; sedangan bentuk perdaunannya
("mahkota") adalah bentuk yang mengesankan kesempurnaan, serius,
formal, tenang... Hasil dari gabungan kedua karakter yg berbeda
menyebabkan kesan yg kurang harmonis secara keseluruhan.
- Coba
kita lihat lagi tekstur batangnya. Semua detail tekstur batang terlihat
sangat jelas seperti kita melihat pohon tersebut dari jarak dekat;
sedangkan garis tepi perdaunannya begitu rapi sempurna. Coba kita lihat
di alam, biar selebat apapun pohon tersebut, bila dilihat dari jarak
dekat, maka tidak akan terlihar begitu rapi, sebaliknya akan ada kontur
permukaan dengan garis tepi perdaunannya yg tidak beraturan. Hanya pohon yg dilihat dari jarak sangat jauh yg akan terkesan sangat rapi garis tepi perdaunannya (siloit). Oleh sebab itu, pohon ini terkesan kurang alami.
Dari
alasan-alasan tersebut di atas, maka saya koreksi, baik bentuk tajuk
secara keseluruhan maupun wadahnya; karena pot yg dipakai sekarang juga
kurang harmonis, terlalu kaku, tidak sesuai dengan karakter pohon yg
berkarakter dinamis; terlalu tebal dan terlalu dalam, sehingga terkesan
terlalu berat di bawah dan "focal Point" pohon terbias...atau tersaingi
oleh potnya.
...dan ini adalah foto simulasi saya dengan hasil akhir yang saya harapkan :
Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia
Klik artikel tanaman bonsai
Kupa landa Rukam Ulmus Sianci Barbados cherry olive Jabuticaba Pinus Wahong Sancang Anting putri Azalea buxus Japanese black pine Cemara duri Bodhi Beringin Cemara udang Kimeng Kawista Asam jawa Arabika Asem londo Lohansung Shianto Soka Loa Dewandaru Beringin_taiwan Serut Santigi Hokiantea Bougenvil Murbai Seribu bintang Mirten Kemuning Karet korea Beringin karet Pung Klampis Iprik Ampelasan Karet dollar Delima Waru Cemara chinensis kaliage jeruk kingkit cemara buaya pyracantha ligustrum teh tehan sakura kembang sepatu zelkova zaitun cendrawasih phusu sisir pilang
Klik artikel gaya bonsai
neagari broomweeping chokkan literati shakkan Cascade Fukinagashi Double trunk Kabudachi Forest Ikadabuki Drift wood Han kengai Twisted trunk sekijoju nejikan root over the rock ishisuki semi cascade sharimiki raft growing in a rock yose ue Multi trunk sokkan wind swept kengai slanting moyogi formal upright hokidachi Informal upright bunjin exposed root shidare zukuri
Senin, 28 Oktober 2013
Artikel Robert Steven : Santigi Kang Fajri - Restyling
Diposting oleh
Ariyanto Sulistyo
Label:Diari bonsaiku
Artikel Robert Steven,
Dunia Bonsai,
tips n trik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar