Selasa, 24 September 2013

Artikel Robert Steven : Program Kontes Yang Dapat Meningkatkan Mutu Bonsai Nasional

Program Kontes Yang Dapat Meningkatkan Mutu Bonsai Nasional

Bonsai adalah karya seni, lalu mengapa karya seni dapat dikonteskan ? Pertanyaan ini sering kita dengar; lalu apa jawabannya ? Apakah kontes bonsai diadakan sebagai ajang pamer keterampilan, ajang mencari kebanggaan dan kepuasan pribadi (mampu membeli bonsai mahal), sekedar ajang berdagang ataukah sebagai suatu kegiatan berkesenian untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, mencari barometer pembanding demi untuk lebih meningkatkan mutu bonsai nasional ?

Apapun jawabannya, yang pasti ada manfaat positif nya terutama dalam peningkatan mutu perbonsaian nasional dengan segala kepentingan masing-masing, kepentingan yang saling menunjang dan saling membutuhkan; dan selanjutnya dengan mutu yang semakin baik akan membawa manfaat bagi semua lapisan pecinta seni bonsai nasional.
Tetapi kontes yang bagaimana yang dapat meningkatkan mutu perbonsaian nasional sekaligus menciptakan sinergi terpadu secara nasional ? Jawabannya adalah kontes yang terprogram secara nasional yang dapat menghasilkan tolok ukur mutu bonsai secara nasional, dan yang dapat dilihat secara kasat mata perkembangan dari tahun ke tahun.

Apakah sistem penjurian dapat meningkatkan mutu bonsai nasional ? Menurut saya sama sekali tidak !
Sistem penjurian hanyalah alat dan metode pada suatu kontes tertentu, kwalitas juri malah jauh lebih penting dari pada apapun sistem yang dipakai.

Kontes yang kita lakukan sekarang jelas tidak terprogram, mungkin ada misi, tetapi tanpa visi. Semua kontes yang dilakukan oleh masing-masing daerah adalah terpenggal-penggal tanpa tujuan. Selalu ada istilah kontes nasional, tetapi apakah kontes tersebut benar mencerminkan skop nasional ? Jangankan nasional, provinsi saja belum tentu; lalu tolok ukur nasional yang bagaimana yang terbentuk ? Juara nasional yang di mana yang mencerminkan mutu bonsai nasional kita ?

Lalu seharusnya bagaimana ?
Seharusnya setiap kontes yang diadakan oleh masing-masing daerah adalah merupakan seleksi yang kemudian akan mengkrucut ke kontes nasional; dan kontes nasional seharusnya diadakan oleh pusat hanya satu tahun sekali.

Bonsai mana yang boleh ikut dalam kontes nasional ? Ini sekedar masalah teknis seleksi yang sederhana, bisa dengan cara pembagian quota sesuai dengan kondisi setiap daerah. Dengan demikian, setiap anggota di daerah akan berlomba-lomba meningkatkan mutu bonsai mereka pada kontes daerah, supaya bisa terseleksi untuk ikut ke kontes nasional. Dengan demikian, jangankan menang, bisa masuk seleksi saja sudah merupakan kebanggaan; dan dengan demikian, tolok ukur mutu bonsai nasional dapat dengan jelas terlihat dan terukur perkembangannya..dan yang paling penting lagi, jelas mencerminkan mutu bonsai nasional.
Sistem ini sudah dilakukan di banyak negara, bahkan bukan lagi nasional, tetapi regional seperti Eropah.
Sistem ini sudah sering saya utarakan sejak saya masih dalam kepengurusan pusat, tetapi tidak pernah ditanggapi.

Bagaimana dengan kontes kelas madia dan utama ? Menurut saya, ini boleh saja karena merupakan tahapan seleksi untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi, sekaligus untuk merangsang mereka yang bonsainya belum terlalu bagus, tetapi tetap dapat mengikuti kontes dan memenangkan penghargaan untuk selanjutnya meningkatkan mutunya secara berjenjang.

Bagaimana dengan kontes bahan prospek dengan alasan untuk memberi kesempatan dan semangat kepada pemula ? Menurut saya, ini adalah cara akal-akalan yang tidak mendidik, malah sebaliknya menciptakan kondisi pembodohan kepada pemula. Ini adalah ide yang menggampangkan untuk sekedar menyenangkan orang tanpa memikirkan efek jangka panjang terhadap perkembangan perbonsaian nasional, bahkan merupakan pelecehan terhadap seni bonsai.

Ada juga yang beralasan supaya panitia bisa mencari dana tambahan dari uang pendaftaran karena biaya yang dikeluarkan cukup banyak dan sering rugi. Saya sama sekali tidak dapat menerima alasan ini karena banyak cara untuk mencari dana termasuk sponsor; dan kalau tidak mampu dan tidak ada penyandang dana untuk menalangi kerugian, ya jangan adakan acara, atau cari cara lain sesuai dana yang ada tanpa harus mengorbankan perbonsaian nasional. Di mana mana di seluruh dunia, kalau sudah bersedia menjadi ketua cabang ya sudah harus siap bekerja keras, mengabdi, berkorban dalam dana dan raga; di sinilah letak bukti kemampuan memimpin.

Ada yang mengatakan kenapa tidak, syah-syah saja selama tidak ada yang dirugikan, malah menguntungkan pedagang dan pemula. Menurut saya, ini adalah pemikiran yang “ignorant”, dangkal melalui jalan pintas tanpa berusaha berpikir. Kalau alasannya adalah untuk memberi semangat kepada pemula, merangsang pemain baru, memberi peluang kepada pedagang…banyak cara yang bisa dilakukan dengan lebih baik, lebih mendidik dan lebih efektif.

Salah satu contoh konkrit yang sudah dilakukan di Indonesia, yaitu di pameran/ kontes di Sumenep pada bulan Mei 2011. Saat itu saya diminta untuk menjadi penasehat panitia. Saat saya tahu bahwa rencananya akan ada kontes bahan prospek, saya menentang keras dan mengusulkan cara lain untuk merangsang semangat pemula, yaitu kontes sketsa desain bonsai. Kami pamerkan beberapa bahan yang berbeda, lalu peserta diminta untuk membuat sketsa desain yang menurut mereka cocok dan bisa dibuat dari bahan tersebut. Yang kami nilai bukan keterampilan sketsa, tetapi ide, kreativitas dan kemungkinan logika dari desain tersebut.

Ternyata animo persertanya sangat luar biasa, hampir semuanya pemula, dan hasil sketsa juga menampilkan ide-ide cemerlang dan kreatif. Cara ini terbukti efektif untuk merangsang minat dan kreativitas, dan rasa kebanggaan jauh lebih positif dari pada menang kontes bahan yang tidak mendidik dan tidak mencerdaskan.

Ide ini sebenarnya dapat dikembangkan lebih lanjut; misalnya setiap peserta bisa ikut dalam kontes dengan bahan yang mereka miliki, tetapi harus disertai dengan sketsa desain yang sederhana. Lalu juri menilai faktor kreativitas dan kemungkinan logis desain tersebut, bukan bahannya yang dinilai ! Cara ini jauh lebih mendidik, menyenangkan sekaligus menguntungkan semua pihak. Peserta dapat belajar berimajinasi dan berkreasi, bahan dapat dijual karena calon pembeli bisa melihat prospek desain dari bahan tersebut, apalagi kalau menang penghargaan, dan panitia juga tetap bisa mendapatkan uang pendaftaran.

Dalam setiap pameran, kalau organisasi mempunyai visi jauh, juga dapat dilakukan lomba untuk merangsang minat bonsai kepada generasi muda dan generasi penerus, khususnya anak-anak. Banyak cara, antara lain dengan lomba melukis bonsai yang dipamerkan, atau lomba mewarnai gambar bonsai dan lain-lain. Bisa dengan bekerja-sama dengan sekolah TK atau SD, lalu cari sponsor untuk berjualan dagangan jajanan (atau panitia yang adakan sendiri) karena ramai anak-anak...dan hasilnya adalah dana tambahan.

Masalah kita adalah apakah “mereka-mereka” itu mempunyai misi dan visi, mau berpikir dan mempunyai niat kepedulian melakukannya ? Walahualam…..




Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia

Kamis, 19 September 2013

Kloning pertama bodhi dari negeri jiran

Sudah setahun lebih sejak perjalanan saya ke negeri tetangga malaysia yang telah lalu. Dimana, saya membawa beberapa cabutan pohon bodhi sebagai buah tangan, yang akan mengingatkan kembali pada salah satu kenangan indah dalam perjalanan hidup saya.

Setahun yang lalu, saya tempatkan bodhi bodhi kecil ini di pekarangan secara acak. Dan salah satunya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, karena perakarannya menembus bebas kedalam tanah.

Bodhi yang setahun lalu hanya sebesar kelingking ini, sekarang berdiameter kurang lebih sebesar batu baterai ukuran besar, dengan tinggi lebih dari dua meter, dedaunannya yang berbentuk simbol cinta, tampak menonjol di pekarangan saya.

Karakter daun bodhi tidak bisa mengecil secara ekstrim, jadi kurang cocok untuk dibuat bonsai ukuran kecil. Jadi sambil menunggu bonggol bodhi ini membesar secara proporsional, saya melakukan prosedur cangkok untuk mendapatkan bahan bonsai yang bagus perakarannya. Lagipula, sayang jika hanya dipangkasin saja, mubazir.





  




 Alhamdulillah, perakaran hasil cangkokannya rata menyebar disekeliling batang, Insyaallah akan menjadi bonsai yang gagah di masa depan. Karena stok pot habis, terpaksa si bodhi ini nangkring di kaleng rombeng bekas biskuit lebaran yang sudah tak terpakai, hehehe....

Nantikan catatan cangkokan bodhi ini di waktu yang akan datang, Insyaallah..............

Selasa, 17 September 2013

Artikel Robert Steven : Konsep & Tehnik Pembuatan Shuihan Penjing

Shuihan Penjing adalah salah satu gaya dalam Penjing Cina yang sangat popular dengan menampilkan panorama alam bernuansa tepi danao atau sungai. Keunikan Shuihan Penjing terletak pada pemakaian wadah tanam berupa pot tipis yang terbuat dari marmer putih untuk mempertegas kesan permukaan air pada karya tersebut.


Shui = Air, Han = Daratan; Shuihan Penjing = Penjing yang menampilkan pemandangan air dan daratan.
Shuihan Penjing adalah salah satu gaya dalam Penjing Cina yang menampikan suatu panorama alam bernuansa tepi danao atau sungai dengan elemen pohon sebagai objek utama.

Filsafat dasar dari Shuihan Penjing adalah “Yuan yi zi ran, gao yi zi ran” (Inspirasi dari alam dan mengacu pada kesempurnaan alam).
Konsep dasar Shuihan Penjing adalah menampilkan suatu cuplikan panorama alam yang menggambarkan pohon-pohon yang tumbuh di daratan pinggir danao atau sungai; dan elemen air tersebut direpresentasikan dengan ruang kosong dasar wadah tanam, biasanya memakai pot tipis yang terbuat dari marmer putih.
Untuk mempertegas kesan air yang dalam, biasanya dipakai bebatuan yang bagian bawahnya dipotong rata dan kemudian ditempelkan ke dasar wadah untuk membentuk garis pinggir sungai ataupun pulau-pulau kecil. Dengan bentuk bebatuan demikian, terkesan sebagian batunya berada di bawah permukaan air sehingga walaupun tidak ada air benaran, ilusi permukaan air dapat ditampilkan secara apik.

Pohon yang ditampilkan bisa saja tunggal atau berkelompok, bisa tumbuh di atas batu, bentuk raft dan lain-lain dengan berbagai gaya. Yang penting adalah bagaimana menampilkan gaya pohon tersebut sesuai dengan frnomena alam serta tema yang ingin disampaikan; termasuk hukum hortikultura dan aspek fisiologi serta morfologi tanaman. Contohnya, pohon yang hidup di pinggiran sungai biasanya cenderung untuk tumbuh mengarah ke sumber air mengikuti arah pertumbuhan akar.

Wadah tanamnya tidak harus berwarna putih dan tidak harus terbuat dari marmer; tetapi harus diakui, wadah yang terbuat dari marmer putih tetap memberi nuansa yang lebih indah khususnya dalam merefleksikan nuansa air. Yang penting wadah tersebut harus setipis mungkin karena dengan wadah yang tipis, kesan ruang panoramannya akan lebih luas, presentasi pohonnya lebih kuat dan permukaan airnya akan terkesan lebih dalam.

Ada tiga aspek estetika dasar yang sangat penting dalam membuat Shuihan Penjing yaitu : Komposisi, Dimensi dan Perspektif. Ketiga teori dasar tersebut tidak bisa berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan erat dalam membentuk hasil keseluruhan yang harmonis.

Komposisi  


Komposisi pada Shuihan Penjing adalah tata-letak dan penyusunan pohon, bebatuan serta objek lain pada bidang pandang datar yang dilihat dari depan. Saat kita membuat Shuihan Penjing, kita harus selalu beranggapan seakan-akan ada sebuat bingkai pada pandangan kita seperti sebuah kanvas kosong yang akan kita lukis sebuah pemandangan.
Tata letak setiap pohon atau kelompok pohon, besar-kecil, tinggi-rendah yang sedemikian rupa harus membentuk sebuah komposisi yang harmonis dan indah dipandang.

Pertama yang perlu kita lakukan adalah memilih pohon atau kelompok pohon yang akan dijadikan objek utama sebagai focus pandang. Fokus pandang harus berupa pohon atau kelompok pohon yang paling dominan, dalam hal ini biasanya adalah pohon atau kelompok pohon yang paling besar. Kemudian menentukan posisi objek utama tersebut sesuai dengan gaya kreasi yang ingin kita buat dan harus disesuaikan dengan bahan pohon yang tersedia.
Bila kita akan membuat gaya kelompok (grouping), maka kita harus tentukan terlebih dahulu letak kelompok utama tersebut sebagai focus pandang.

Letak pohon atau kelompok pohon utama sebaiknnya jangan di tengah-tengah wadah untuk menghindari komposisi yang berbentuk segi-tiga sama kaki atau simetris, karena komposisi yang simetris agak membosankan. Komposisi yang baik adalah komposisi yang asimetri yaitu komposisi yang membentuk segi-tiga tidak sama kaki.

Dari komposisi-lah, kita akan membentuk sketsa dasar dari panorama yang ingin dibuat. Komposisi yang baik akan menghasilkan panorama yang indah sekaligus menunjukkan sejauh mana kita memahami hukum dan fenomena alam nyata serta prinsip hortikultura.

Saat membuat komposisi, kita harus menentukan di mana bidang air yang akan kita bentuk, kemungkinan arah batang akibat erosi, arah cabang mengikuti arah akar, arah perdaunan mencari sinar matahari dan lain-lain.
Bila karya tersebut merupakan gaya kelompok, maka tidak selalu semua pohon mengarah ke satu arah, bisa saja saling berhadapan, tetapi hindari arah yang saling bertolak-belakang. Bentuk pohon-pohon yang dipakai juga tidak harus semua sama, justru di sinilah diperlukan kepiawaian mengolah gerak komposisi yang indah, dinamis dan harmonis, penuh variasi untuk menghasilkan suatu panorama yang apik dan kreatif.

Komposisi yang indah bukan hanya ditentukan oleh bentuk pohon, tetapi juga ditentukan oleh bentuk dan kontur daratan yang kita buat, bahkan penataan ruang kosong pada bagian tertentu. Perlu diingat bahwa ruang kosong adalah bagian dari komposisi yang penting.

Dimensi 


Dimensi pada Shuihan Penjing adalah penataan tata-letak pada permukaan wadah yaitu di mana kita letakkan pohon, batu, daratan dan air termasuk bentuk garis pinggir sungai beserta pulau-pulau kecilnya (dilihat dari atas).

Tata-letak tersebut sangat berpengaruh pada perspektif pandang yang akan kita bentuk selanjutnya; letak objek utama yang agak ke belakang akan memberi kesan ruang pandang yang lebih luas pada bagian depan dan memungkinkan kita untuk membentuk “foreground”; sedangkan letak objek utama yang agak ke depan akan memungkinkan kita untuk menarik perspektif yang lebih dalam atau membentuk latar belakang yang lebih jauh (background).
Bentuk dimensi bagian depan harus membentuk lengkungan ke dalam dan bukan cekung ke depan karena bentuk yang melengkung akan memberi efek pandang yang meluas.

Ada beberapa hal penting dalam tata-letak penyusunan dimensi di Shuihan Penjing antara lain :
- Hindari terbentuknya suatu garis lurus pada susunan pohon-pohon ataupun pulau-pulau.
Letak setiap pohon atau setiap kelompok sebaiknya membentuk garis zig-zag.
- Hindari jarak yang sama antara satu pohon dengan pohon yang lain ataupun antar
kelompok.
- Hindari bentuk garis pinggir sungai atau pulau yang lurus, sebaiknya ada lengkungan-
lengkungan atau liukan-liukan tidak beraturan yang membentuk tanjung dan teluk.
- Bila kita membentuk selat atau aliran sungai, maka sebaiknya selat atau sungai tersebut
tidak berbentuk lurus dari depan ke belakang, tetapi berbentuk liukan zig-zag ke
ke samping, kemudian semakin mengecil/menyempit pada bagian yang menjauh ke
belakang.

Perspektif 



Perspektif adalah persepsi pandangan kita dari depan terhadap dimensi suatu/kelompok objek; dalam hal Shuihan Penjing, perspektif sangat penting dalam membentuk suatu pemandangan alam yang dapat memberi kesan adanya kejauhan. Berhubung wadah tanam yang sangat terbatas, maka perspektif dapat dikamuflase dengan besar-kecil, tinggi-rendahnya pohon, letak setiap kelompok pohon atau daratan dan batu kepulauan serta kontur tanah, bahkan tata letak cabang setiap pohon.
Permainan kontur tanah dan tata letak batu serta garis daratan menjadi lebih penting lagi dalam membentuk perspektif bila karya kita hanya menampilkan jumlah pohon yang sedikit atau tunggal. Selain itu, pemakaian assesori bahkan jenis rumput dan lumutpun dapat memainkan peranan penting.

Selain ketiga aspek estetika dasar tersebut di atas, ada lagi lima aspek teknis penting dalam pembuatan Shuihan Penjing yaitu :

Objek Utama dan Pelengkap

Dalam sebuah karya Shuihan Penjing selalu harus ada objek utama yang menjadi fokus pandang. Objek utama tersebut bisa berupa pohon tunggal atau kelompok yang terdiri dari beberapa pohon. Dalam hal Shuihan Penjing, pohon tetap merupakan objek yang dominan dan bukan batu seperti dalam Sanshui Penjing.

Selain objek utama, ada 2 jenis objek pelengkap yaitu objek pelengkap untuk menarik skala pembanding kepada objek utama, dan objek pelengkap untuk aksentuasi serta untuk membantu membentuk dimensi dan menarik garis perspektif.
Bila objek pelengkap aksentuasi diletakkan di bagian belakang, maka akan menarik garis perspektif ke belakang untuk membentuk “background”; dan bila diletakkan di depan, akan membentuk “foreground”. Objek pelengkap aksentuasi bisa lebih dari satu, tetapi antara satu objek dengan objek yang lain harus terintegrasi secara baik dan jangan sampai terkesan terpisah sendiri-sendiri yang tidak sinkron.

Tahapan dasar dalam desain komposisi, mulai dari peletakan objek utama,
objek pelengkap sampai pembentukan komposisi yang asimetris.















































































Asimetris tetapi Berimbang

Hal ini berkaitan dengan komposisi. Prinsip utama dari komposisi yang baik adalah “hindari bentuk yang simetris”. Susunan secara keseluruhan sebaiknya membentuk segi tiga tidak sama kaki karena bentuk segi tiga sama kaki yang simetris dianggap statis dan membosankan. Keseimbangan visual adalah sangat penting untuk membentuk komposisi yang harmonis; sering sekali ruang kosong yang luas justru dapat memberikan suatu kesan yang indah dan dinamis sehingga objek pada fokus tampak lebih tegas dan monumental.

Hindari peletakkan objek utama di tengah untuk menghindari
bentuk komposisi yang simetris.

Senada tetapi Bervariasi

Jenis pohon yang dipakai sebaiknya sejenis seperti kita membuat bonsai gaya Grouping dan jenis batu yang dipakai harus sejenis dengan asumsi bahwa pada suatu daerah tertentu pada alam nyata hanya mempunyai satu jenis bebatuan yang sama.
Perlu diketahui bahwa batu juga sama seperti kayu yang memiliki urat atau alur yang dibentuk oleh alam secara alamiah akibat aliran air, erosi dll.; oleh sebab itu, peletakan batu juga harus diperhatikan supaya seirama.

Irama dan gerak pohon-pohon juga harus senada dengan fenomena alam yang ingin ditampilkan, tetapi tetap harus bervariasi dengan aksentuasi untuk memperindah gerak yang dinamis dan tidak monoton.
Contohnya bila kita membuat sebuah pulau dengan pohon-pohon yang tumbuh tegak lurus, maka boleh saja ada pohon dekat ke air yang tumbuh dengan gerakan batang melengkung miring ke arah air. Pohon di bagian belakang yang agak dimiringkan ke belakang juga dapat membantu menarik perspektif kedalaman; dan kadang-kadang pohon yang letaknya di pinggir pot sengaja dimiringkan sehingga keluar dari bibir pot justru memberi kesan bidang yang lebih luas dan tanpa batas.
Jadi bentuk pohon tidak harus semua sama, arah bisa berhadapan atau satu arah, tetapi hindari arah pohon yang saling bertolak-belakang.

Jenis pohon yang dipakai sebaiknya sejenis walaupun bentuknya boleh bervariasi,
dan jenis batu yang dipakai juga harus sejenis.

Proporsi dan Skala

Proporsi dan skala dalam karya Shuihan Penjing memainkan peranan sangat penting untuk menciptakan suatu pemandangan yang alami dengan teori perspektif yang relevan.
Setiap objek yang dipakai dan peletakannya harus selalu mempertimbangkan ukuran yang menunjukkan skala dan proporsi imajinatif yang logis. Umpamanya bila kita memakai asesori jembatan, perahu, pagoda, patung manusia atau binatang, maka kita harus memperhatikan ukuran setiap asesori tersebut dan korelasinya serta posisi di mana kita letakkan dibandingkan dengan objek fokus. Bila ada lebih dari satu asesori sejenis yang dipakai, maka yang letaknya lebih ke belakang harus berukuran lebih kecil sesuai dengan hukum perspektif.
Bukan hanya dalam hal pemakaian asesori, bahkan pemakaian jenis rumput, lumut dan batupun bila diimplementasikan secara baik akan menghasilkan karya yang sempurna.

Proporsi dan skala setiap elemen adalah sangat penting untuk
menciptakan hasil karya yang harmonis;
dan pemakaian asesori yang ideal dapat mempertegas tema yang ingin disampaikan.

Alami

Pada karya Shuihan Penjing, yang paling penting adalah memberi kesan alami dan hindari kesan seperti prototype sebuah taman buatan yang artificial karena esensi dari Shuihan Penjing adalah sebuah cuplikan fenomena alam nyata yang alami, sebuah karya seni dan bukan sebuah hasil kerajinan tangan.
Oleh sebab itu, hindari bebatuan yang dibuat dari semen karena jejak rekayasa sangat sulit dihindari. Pemakaian asesori jangan berlebihan dan menyolok karena akan terkesan seperti taman buatan; prinsip pemakaian asesori adalah hanya sebatas sebagai pelengkap aksentuasi pada tema.

Karya ini menggambarkan panorama pulau-pulau kecil di danao
dengan penataan komposisi dan perspektif yang apik,
pemakaina elemen desain yang harmonis,
aksentuasi asesori yang mendukung tema sehingga menghasilkan
nuansa alam yang nyaman dipandang.

 Perawatan

Shuihan Penjing tidak sulit untuk dirawat, penyiramannya sama seperti kita menyiram bonsai; yang penting harus memperhatikan pemupukannya sehubungan dengan media tanam yang relatif sangat sedikit dan terbatas. Sebaiknya selalu memakai pupuk organik yang dicampurkan pada media tanam tersebut dan secara periodik diberikan pupuk butiran NPK serta pupuk daun yang dicampur dengan Vitamin B-1.

Dengan wadah yang tipis, tidak perlu ada lobang drainase karena air akan dengan mudah mengalir keluar ataupun menguap.Untuk menghindari erosi, permukaan tanah sebaiknya ditutupi dengan lumut atau rumput halus dan segera tambahkan tanah bila ada bagian yang terjadi erosi. Sebelum diberi lumut, bagian atas tanah perlu dilapisi terlebih dahulu dengan tanah liat supaya lumut dapat hidup sehat.

Di bawah ini adalah beberapa contoh Shuihan Penjing karya saya. Selamat menikmati dan selamat berkarya !

Walau dalam karya ini tidak terdapat pohon pelengkap yang jelas,
tetapi ukuran patung kerbau yang proporsional telah berhasil
perannya menunjukkan kesan seberapa besar pohon tersebut.

Walaupun lebar pot tersebut sangat terbatas, tetapi skala ukuran pulau dan pohon
di belakang beserta kontur tanahnya berhasil menarik perspektif yang sangat efektif
sehingga pulau di belakang terkesan sangat jauh.
 Catatan :

Konsep tersebut di atas dapat dipergunakan juga pada gaya bonsai Grouping, Forest, Landscape, Raft dan gaya lain yang sejenis.



Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia

Jumat, 13 September 2013

Cuci mata di bangkok part 3 : saatnya membawa kenang - kenangan pulang


Akhirnya waktunya pulang. Tak terasa sudah sepuluh hari yang menyenangkan saya habiskan di bangkok. Saatnya buat packing, dan tak lupa saya packing oleh oleh dari torkor, anting putri daun mikro dan beberapa bibit bodhi serta spesies ficus yang saya belum tahu nama sebutannya, yang saya kumpulkan dari sekeliling hotel.



Saya pisahkan tanaman ini dari tanah bawaannya, mengurangi volume akar, lalu mencuci bersih, hingga tak ada sisa tanah yang menempel. Setelah diangin anginkan sebentar, lalu saya bungkus rapat dengan tissue toilet. Sesudah itu baru dibungkus plastik dan masuk koper.



Saya sudah sukses melakukan hal yang sama setahun lalu di malaysia, sempat deg degan juga sih waktu masuk ke bandara, apalagi melewati pemeriksaan imigrasi. Alhamdulillah, baik di bangkok maupun di jakarta, bagasi saya aman terkendali.

Mungkin tips yang bisa saya berikan buat sobat semua yang mau membawa tanaman ke dalam pesawat, jangan membawa tanaman dalam jumlah dan ukuran yang terlalu besar. Dan pastikan tanaman yang kita bawa, bersih tanpa tanah, lalu paking dengan rapi.

Jika sobat membawa dalam ukuran besar dan banyak, pastilah harus melewati jalur merah yang penuh prosedur.

Sampai posting ini saya tulis, tanaman tanaman ini masih dalam proses adaptasi di lingkungan barunya, tapi tanpa kendala yang berarti. Semuanya tampak sehat dan sudah mulai bertunas.

Nanti kapan kapan saya update foto terbarunya.


Posting sebelumnya :

Cuci mata di bangkok part 1 : chatuchak plants market
Cuci mata di bangkok part 2 : ngiler bonsai di kamphaeng phet road
Cuci mata di bangkok part 3 : jeprat jepret di tor kor

Rabu, 11 September 2013

progres kedua cangkokan serut

Prakarya pot semen terbaru yang lebih ringan sudah jadi, masih belum finishing, sekalian menguji ketahanannya, saya mencari mangsa yang kira kira cocok buat ujicoba. Kayaknya si cangkokan serut ini cocok buat kelici percobaan. Sekalian wiring ulang, memotong dan merombak sedikit percabangan, si serut sukses nangkring di rumah baru yang setengah jadi.


foto sebelas bulan yang lalu
Silahkan lihat hasil settingan ulangnya, masih belum rapi cukurannya, karena saat saya memindahkan si serut ini, saya juga mengurangi volume akarnya agak banyak, jadi sempet stress beberapa hari, ditandai dengan rontoknya sebagian besar daun. Foto ini saya ambil saat daun daun barunya bermunculan.



Nanti saya update lagi, masih ada beberapa cabang, terutama bagian atas yang sepertinya lebih bagus di hilangkan. Bersambung lagi..........

Selasa, 10 September 2013

Artikel Robert Steven : Bonsai Gaya Grouping


 Gumpalan bebatuan…duduk diam,
Rumpunan pepohonan…tegak ragam;
Ku-Agungkan Kau ciptaan alam,
Kupeluk Kau dalam pujian…!



Alam kita kaya dengan sumber inspirasi yang dapat dituangkan ke dalam seni Bonsai, salah satunya adalah gaya Grouping. Sumber inspirasi dapat kita peroleh saat kita berlibur ke pegunungan, perkebunan, danau, pulai kecil maupun ke pedesaan; bahkan melalui imajinasi kita tentang alam antah-berantah.

Esensi dari Bonsai gaya Grouping adalah visualisasi cuplikan suatu bagian pemandangan habitat sekelompok pohon bernuansa alam nyata yang mencerminkan suasana tertentu yang indah dan harmonis.

Secara umum, Grouping dapat dibagi menjadi tiga kelompok dasar sbb.:

• Pandangan Dekat (Close-up View)
• Pandangan Panorama (Landscape View)
• Padangan Hutan (Forest View)

Masing-masing kelompok memiliki karakter tersendiri sehingga memberikan nuansa yang berbeda pada karya yang diciptakan; dan dari setiap kelompok tersebut dapat dibuat variasi yang tidak terbatas sesuai imajinasi kita.

Pandangan Dekat (Close-up View)


- Jumlah pohon relatif sedikit.
- Detail anatomi percabangan dan kanopi pohon secara individu lebih jelas.
- Titik focal berada pada pohon utama yang paling dominan sehingga detail anatomi pohon utama tersebut menjadi sangat penting.
- Perbedaan ukuran antara pohon utama dengan pohon-pohon pendukung lainnya sangat kontras.
- Garis horizon (Horizon Line) serta garis Linear Perspective tidak terlihat jelas sehingga efek ilusi kedalaman ruang tidak terlalu tegas.

Pandangan Panorama (Landscape View) 


- Jumlah pohon relatif lebih banyak.
- Titik focal berada pada pohon atau kelompok pohon yang paling dominan.
- Gerak irama secara keseluruhan lebih jelas.
- Lebih mengutamakan penataan ruang komposisi dan dimensi dari pada detail anatomi individu pohon.
- Penataan garis perspektif lebih jelas.
- Nuansa cuplikan suatu pemandangan tertentu sangat tegas.

Pandangan Hutan (Forest View)
 

- Jumlah pohon relatif banyak.
- Titik focal lebih pada kelompok pohon atau bagian yang mempunyai puncak paling tinggi dan lebat.
- Perbedaan ukuran antara satu pohon dengan pohon lain tidak terlalu kontras.
- Lebih utamakan bentuk silhouette kanopi kelompok pohon secara keseluruhan dari pada kanopi individu pohon.
- Detail anatomi percabangan masing-masing pohon tidak terlalu penting.
- Garis perspektif bisa saja tidak terlalu jelas karena lebih utamakan komposisi bidang pandang 2-dimensi secara keseluruhan.

Untuk dapat membuat bonsai gaya grouping yang bagus, ada beberapa instrumen dasar sebagai konsep dan tehnik pembuatan yang perlu kita kuasa yaitu :

Komposisi

Komposisi pada Grouping adalah penataan ruang pada bidang pandang 2-dimensi yaitu penataan tata letak setiap pohon dengan titik pandang dari depan.
Langkah pertama adalah membuat tata letak kasar untuk suatu pemandangan tertentu yang ingin kita ciptakan, seperti halnya kita membuat ilustrasi atau sketsa dasar pada sebuah kanvas lukisan.

Pada tahap ini, sementara kita abaikan dulu tata letak pohon dari sudut pandang atas supaya memudahkan kita dalam mevisualisasikan imajinasi secara bertahap.
Salah satu tujuan utama pada tahap ini adalah menentukan focus utama pandangan serta gerak irama dari pohon-pohon tersebut. Keseimbangan optik sangat penting dalam komposisi dan penataan ruang kosong menjadi salah satu bagian penting dalam komposisi sehingga terkesan indah, harmonis dan dinamis. Komposisi yang dianggap paling indah dan tidak membosankan adalah komposisi yang berbentuk segi-tiga tidak sama kaki (keseimbangan yang asimetris).

Grouping juga harus mempunyai gerak irama (flow) yang jelas yang terbentuk oleh letak focus pandangan, gerak irama setiap pohon yang dipakai serta penataan ruang kosong.

Setelah komposisi dasar telah terbentuk, kita melangkah ke tahap berikutnya dalam penataan dimensi.

Dimensi

Dimensi pada Grouping adalah formasi pohon-pohon pada permukaan wadah yang dipandang dari atas. Pada tahap ini, tanpa merobah sketsa dasar komposisi, kita mulai mengatur peletakan setiap pohon pada bagian wadah tertentu, jarak setiap pohon atau kelompok pohon sehingga terbentuk sebuah konfigurasi yang dinamis yang selanjutnya sangat penting untuk membentuk perspektif.

Dimensi yang baik pada Grouping adalah berusaha menghindari jarak yang sama pada setiap pohon atau kelompok pohon, dan hindari terbentuknya suatu garis lurus yang horizontal atau vertikal. Sebaiknya susunan pohon-pohon tersebut berbentuk garis yang zigzag.

Formasi keseluruhan sebaiknya berbentuk cekungan ke bagian belakang untuk menciptakan efek pandang yang lebih luas.

Perspektif


Perspektif pada Grouping adalah ilusi pandangan terhadap kedalaman ruang yang tercipta oleh tata letak pohon, skala, ukuran dan proporsi pohon serta kontur permukaan tanah.
Pada tahap ini kita mulai perhatikan konfigurasi setiap pohon atau kelompok pohon yang membentuk ruang-ruang kosong serta kontur setiap bagian permukaan tanah untuk menciptakan ilusi jarak ruang. Ukuran tinggi-rendah serta besar-kecil setiap pohon menjadi element penting dalam membentuk ilusi jarak pandang objek sesuai dengan hukum teori perspektif tentang Horizon Line, Vanishing Point, Linear Perspective dan Curvilinear Perspective.

Ukuran pohon yang lebih kecil tidak selalu harus di belakang karena selain background, penataan foreground-pun sangat penting untuk menciptakan sebuah pemandangan yang apik.

Catatan :

Untuk lebih detail mengenai konsep tersebut di atas, silahkan baca juga artikel "Konsep & Tehnik Pembuatan Shuihan Penjing" serta "Teori Dimensi, Komposisi & Perspektif Dalam Seni Bonsai".

Konsep yang sama bisa diterapkan juga pada bonsai gaya raft...



Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia

Jumat, 06 September 2013

Cuci mata di bangkok part 3 : jeprat jepret di tor kor

Puas melototin bonsai di episode 2 kemarin sob ???, nyok kite lanjut ke perjalanan berikutnya, saya menyeberang ke tor kor, tepat diseberang dari toko bonsai.

Tor kor market adalah salah satu destinasi wisata di bangkok, yang menyediakan aneka buah dan sayuran segar produk asli thailand. Saya tidak masuk ke dalam pasar ini, melainkan hanya berkeliling di depannya, yang menjadi pangkalan dari aneka penjual tanaman beraneka ragam.

Berbeda dari chatuchak plants market yang hanya buka hari rabu dan kamis, pasar tanaman ini buka setiap hari. Daripada lama lama cas cis cusnya, mending langsung pelototin hasil jepretan kamera butut saya aja, biarkan gambar yang bercerita......















anting putri
lohansung
lohansung
babon anting putri
babon anting putri





soka
sampai disini, nggak afdhol kalo pulang ke tanah air nggak bawa kenang kenangan, jadi setelah capek muter, saya memutuskan membeli bibit anting putri, kita sambung minggu depan aja ya, sekalian saya kasih foto foto cara membawa atau lebih tepatnya " menyelundupkan " tanaman ke pesawat, heehehehe.....


Baca posting sebelumnya :

Cuci mata di bangkok part 1 : chatuchak plants market
Cuci mata di bangkok part 2 : ngiler bonsai di kamphaeng phet road

Rabu, 04 September 2013

Rombak ulang si kawista #2

Hampir sepuluh bulan yang lalu, kawista muda ini kontet mendadak, dengan pertumbuhan yang lambat dan kurang menggembirakan, dan juga hasil yang masih kurang sreg di hati.

Sebulanan yang lalu sambil copot kawat, terbersit ide baru, kebetulan juga baru bikin eksperimen pot semen antik, model corong mangap....( bahasa apa ini ya ?? ), kayaknya asyik kalo dikawinin nih, corong mangap model bibir mick jagger manyun, ngeluarin lidah menjulur menjilat ke bawah, hallahh.....hehehehe, maaf sobat, kalo ngelantur bahasanya.

Monggo di saksikan, hasil jepretan kamera legendaris saya yang terkini, mengabadikan hasil oprekan terbaru yang masih mencari jati diri, kebetulan juga kawisnya baru trubus,mulai seger lagi, setelah kemaren kemaren kaya kurang gizi.





 oke ya, nanti kapan kapan saya update lagi, moga aja oprekan yang sekarang lebih sip, nggak ada perubahan lagi, maklum laah, newbie, suka galau....

wassalam

Selasa, 03 September 2013

Artikel Robert Steven : Bonsai Bagaimana Yang Disebut Bagus ?

Tidak semua tanaman yang dibentuk semau kita dan ditanam dalam pot bisa disebut sebagai bonsai. Bonsai yang bagus harus memenuhi beberapa kriteria dasar, dan bonsai seindah apapun bila tidak disertai dengan wadah yang sesuai, maka belum bisa disebut sebagai bonsai yang bagus.

Masih banyak orang yang menganggap bahwa bonsai yang bagus sekedar pohon kerdil yang dibentuk rapi dan ditanam dalam pot; padahal untuk membuat sebuah karya bonsai yang bagus, banyak disiplin ilmu lain yang harus kita kuasai antara lain pengetahuan estetika seni, ilmu botani termasuk fisiologi dan morfologi tanaman serta kejelian mengobservasi fenomena alam.

Sebuah karya bonsai dapat dikatakan bagus kalau memenuhi tiga persyaratan dasar yaitu: keindahan artistic, hukum hortikultura serta makna tersirat. Kita dapat membentuk sebatang pohon yang penuh keroposan pada batang dan kita tanam dalam pot pelastik dengan posisi rebah dengan perantingan dan perdaunan yang berantakan dengan pesan tema sebatang pohon tua di alam yang roboh karena diterpa angin topan. Karya tersebut cukup bermakna, tetapi kalau tidak indah, maka tidak dapat disebut sebagai bonsai apalagi wadah tanamnya belum tentu sesuai. Kita juga dapat membuat sekelompok pohon dari berbagai jenis tanaman dengan konfigurasi semaunya dan ditanam dalam pot keramik yang indah. Karya trsebut cukup bermakna dan mencerminkan fenomena alam nyata sesuai hukum hortikultura; tetapi belum dapat disebut sebagai karya bonsai yang bagus karena konfigurasinya tidak indah dan harmonis. Jadi kesimpulannya adalah bahwa keindahan artistik adalah persyaratan mutlak yang harus dipenuhi dalam sebuah karya bonsai walaupun mungkin hukum hortikultura dan pesan maknanya tidak terlalu kentara.

Keindahan artistik dari pohon tersebut mutlak disandingkan dengan wadah tanam yang sesuai; tanpa kombinasi yang terpadu secara harmonis antara pohon dengan wadah tanam, karya tersebut tetap belum dapat dikatakan sebagai karya bonsai yang bagus !

Yang dimaksud dengan hukum hortikultura di seni bonsai ada tiga aspek yaitu: karakter dasar species, aspek kondisi lingkungan serta faktor atmospheric alam.

Setiap jenis tanaman mempunyai karakter dan bentuk dasar sendiri, umpamanya pohon asam berbeda dengan pohon kapok, acasia berbeda dengan cemara udang; tetapi jenis tanaman yang sama dapat berobah bentuknya akibat kondisi lingkungan yang berbeda di mana pohon tersebut tumbuh. Pohon beringin yang tumbuh di lapangan terbuka akan berbeda bentuknya dengan beringin yang tumbuh di pinggir sungai, pohon wahong yang tumbuh di perbukitan batu berbeda bentuknya dengan wahong yang tumbuh di dataran rendah. Hal tersebut bisa disebabkan oleh faktor sumber air, kondisi tanah maupun arah sinar matahari dan lain-lain. Selain kondisi lingkungan tersebut di atas, bentuk sebatang pohon juga dapat diakibatkan oleh gangguan dari luar, umpamanya karena di sambar petir, akibat penyakit, gangguan manusia atau binatang, terpaan ombak, angin ataupun salju; sehingga bentuk pohon pinus yang tumbuh di pegunungan tropis berbeda dengan pinus yang tumbuh di pegunungan Huangshan di Cina.

Ada hal lain yang sangat fundamental yang mengakibatkan perbedaan karakter dan bentuk pohon yaitu aspek fisiologi dan morfologi tanaman. Kedua aspek tersebut adalah sub-disiplin ilmu botani yang mempelajari fisiologi tanaman serta segala aspek yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan pohon. Pohon jenis berdaun jarum mempunyai fisiologi dan aspek morfologi yang berbeda dengan pohon jenis berdaun lebar; itu sebabnya pohon pinus atau cemara mempunyai karakter anatomi dan bentuk dasar yang sangat berbeda dengan pohon beringin mulai dari garis batangnya sampai kepada garis percabangannya.

Pengetahuan tersebut sangat penting bagi para seniman bonsai supaya dapat membentuk bonsai yang lebih dekat dengan kenyataan alam sehingga karakter dan nuansa yang dihasilkan akan lebih relevan. Walaupun pada batas tertentu jenis tanaman bukan menjadi faktor penting dalam membentuk sebuah design bonsai, tetapi seyogianya kita hindari mendesign bonsai jenis daun lebar dengan bentuk pohon jenis berdaun jarum karena kedua jenis tersebut memiliki karakter yang sama sekali berbeda. Contohnya, akan sangat aneh bila kita mendesign bonsai beringan seperti karakter cemara dengan liukan dan keringannya; atau sebaliknya kita design bonsai cemara seperti pohon acasia.

Dalam kenyataan, kesalahan tersebut yang sering terjadi terutama dalam cara membentuk percabangan dan perantingan. Hal tersebut diakibatkan karena kebanyakan dari kita mempelajari seni bonsai dari buku Jepang yang kebanyakan dengan contoh pohon jenis berdaun jarum atau jenis maple yang karakternya berbeda dengan pohon asam; sehingga saring kita mendesign semua pohon kita dengan pelintiran batang dan cabang seperti cemara atau bulat rapi seperti bentuk pohon maple. Kesalahan mendasar tersebut yang menghilangkan karakter pohon tropis kita kecuali beberapa jenis pohon yang memang memilki karakter dasar yang unik seperti santigi dan wahong laut.

Semakin banyak disiplin ilmu yang kita pelajari terutama yang berkaitan dengan estetika seni dan botani, akan semakin luas wawasan kita sehingga kemampuan kita dalam mendesign sebuah karya bonsai akan semakin meningkat; yang akhirnya akan mampu melahirkan karya bonsai yang semakin dekat dengan fenomena alam, berjiwa, bernuansa keindahan artistic dengan kandungan makna tersirat layaknya sebuah karya seni, dan bukan kerajinan tangan yang hanya dinilai kerapian dan tingkat kesulitan pembuatannya.


 Buatlah karya bonsai yang indah, mencerminkan fenomena alam yang relevan dengan makna yang berjiwa…dan yang paling penting,karya bonsai yang bagus tidak dapat terpisahkan dari tiga unsur utamayaitu pohon, wadah dan tatakan.
( Salah satu konsep dasar Penjing : Yi Shu – Er Pen – San Ji Jia )


Selamat berkarya !


Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...