Selasa, 29 Oktober 2013

training perdana cangkokan karet korea

posting hari ini adalah training pertama anakan karet korea, hasil cangkok dari beringin korea # 2 yang masih ngendon di pojokan menunggu inspirasi baru. Beberapa bulan lalu, saya agak memendekkan sedikit batangnya, karena saya rasa terlalu tinggi, daripada sayang dipotong percuma, maka saya lakukan prosedur cangkok, lumayan buat nambah sesak pekarangan, hehehe.......

Beberapa bulan berselang setelah panen, anakan ini tumbuh lumayan pesat, mungkin juga karena efek dari pemupukan, yang kebetulan beberapa bulan ke belakang cukup teratur.




Pindah pot baru, sekalian training perakaran agar menyebar merata.

Cukup sekian untuk hari ini, nantikan update terbarunya di lain hari...........

Senin, 28 Oktober 2013

Artikel Robert Steven : Santigi Kang Fajri - Restyling

Ini adalah Santigi Kang Fajri yang saya robah saat acara Forum Diskusi Seni Bonsai Indonesia pada tgl. 17 Maret yg baru lalu, dengan dasar pemikirannya....

Foto awal saat dikirim ke saya beberapa waktu yll untuk diminta komentar :

Image

Ini kondisi yg telah sedikit direposisi (posisinya sedikit diturunkan) saat dipamerkan di Cirebon minggu yll :

Image

Ini adalah foto setelah dirobah :

Image

Dasar pemikirannya :

- Design awalnya terkesan adanya jebakan mind-set seakan-akan setiap bonsai harus ada "mahkota"nya, sehingga sering kita dengar pertanyaan : "Mana mahkotanya ? Padahal tidak ada keharusan bahwa pohon harus mempunyai "mahkota", yang ada adalah "tajuk".

- Ini adalah pohon tropis. Pohon tropis tidak semestinya mempunyai "apex" yang berbentuk segi-tiga, karena hanya pohon jenis cemara yg memiliki tajuk berbentuk segi tiga sehubungan dengan sifat "apical dominant" dari struktur pohon. Apex pohon tropis seharusnya berbentuk terbuka melebar.

- Coba kita bayangkan..kalau di alam, kira-kira faktor apa yg menyebabkan batang pohon ini berliuk dan melintir demikian dengan bagian atas tertekan keras ke bawah ? Apapun faktornya, yg jelas adalah suatu tekanan alam yg terus menerus...dan kalau demikian, kemungkinannya sangat kecil bahwa pohon tersebut akan memiliki apex yg berbentuk segi tiga mengkrucut ke atas.

- Secara estetika seni, pohon tersebut memiliki 2 karakter yg berbeda yg disatukan secara kurang terpadu dan kurang harmonis. Garis batang yang meliuk adalah karakter garis yg mengesankan santai, relax, casual, dinamis; sedangan bentuk perdaunannya ("mahkota") adalah bentuk yang mengesankan kesempurnaan, serius, formal, tenang... Hasil dari gabungan kedua karakter yg berbeda menyebabkan kesan yg kurang harmonis secara keseluruhan.

- Coba kita lihat lagi tekstur batangnya. Semua detail tekstur batang terlihat sangat jelas seperti kita melihat pohon tersebut dari jarak dekat; sedangkan garis tepi perdaunannya begitu rapi sempurna. Coba kita lihat di alam, biar selebat apapun pohon tersebut, bila dilihat dari jarak dekat, maka tidak akan terlihar begitu rapi, sebaliknya akan ada kontur permukaan dengan garis tepi perdaunannya yg tidak beraturan. Hanya pohon yg dilihat dari jarak sangat jauh yg akan terkesan sangat rapi garis tepi perdaunannya (siloit). Oleh sebab itu, pohon ini terkesan kurang alami.

Dari alasan-alasan tersebut di atas, maka saya koreksi, baik bentuk tajuk secara keseluruhan maupun wadahnya; karena pot yg dipakai sekarang juga kurang harmonis, terlalu kaku, tidak sesuai dengan karakter pohon yg berkarakter dinamis; terlalu tebal dan terlalu dalam, sehingga terkesan terlalu berat di bawah dan "focal Point" pohon terbias...atau tersaingi oleh potnya.

...dan ini adalah foto simulasi saya dengan hasil akhir yang saya harapkan :

Image 





 Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia

Kamis, 24 Oktober 2013

Babon belum ada judul, cukur rambut, mohon infonya ya prend......

Saya temukan babon ini di tukang kembang sekitaran karawaci, sekitar tujuh bulanan lalu, dan celakanya, baik saya maupun si bapak tukang kembang nggak tahu nama babon ini.

Karena penasaran, saya tetap beli, mumpung juga harganya masih damai sejahtera di kantong. Dan sejauh ini saya perhatikan, pertumbuhannya tergolong cepat rimbun, dan nggak rewel peraeatannya, cuma harus sering sering cukur saja, hehhee......

Sebenarnya ini merupakan jilid dua, karena beberapa bulan lalu sudah sempat saya training, cuma belum sempat saya posting. Saya hanya melakukan prosedur cukur sambil melakukan sedikit pengawatan pada cabang baru yang kurang rapi.

Silahkan simak hasilnya, di bawah ini saya cantumkan sampel gambar daunnya, klau mungkin ada sobat yang tahu spesies ini, mohon infonya ya, thanks...........






Bersambung lagi.......

Hokiantea # 1, episode pertama

Hokkiantea nomer satu sudah mulai menggoda iman. Rambutnya sudah panjang awut awutan, saatnya kawat, gunting dan imajinasi saya bekerja. Nggak pakai referensi ide idean, semua secara spontan, tentu saja sambil ngopi siang siang.

Tampak depan


Tampak belakang


Hasil cukur rambut siang siang


Silahkan dinikmati hasil kegatelan tangan saya hari ini, nantikan update si hokkiantea # 1 di lain waktu dan kesempatan, wassalam

Rabu, 23 Oktober 2013

The first chapter : A prologue to a trail of an ancient glory

Buset daaah, pake basa ingris inggrisan, hehehe. Sekali kali, bergaya dikit ah, belajar bahasa inggris ama mbah gugel. Tapi judulnya aja ya, postingnya mah teteup indonesia buanget.

Menyambung edisi nangkring menangkring, setelah edisi beringin nangkring di tiang pondasi mangkrak, lalu disambung ke beringin nangkring di tembok pagar, saatnya membuat tantangan yang lebih sulit.

Idenya adalah menduplikasi apa yang terjadi di angkor wat, sebuah jejak kejayaan kerajaan masa silam yang masih bertahan hingga kini.




 Saya tidak menjiplak mentah mentah desain reruntuhan gapura angkor wat, tapi karena memang batas kemampuan imajinasi saya agak mepet alias nggak nyampai, hihihi, maka saya desain reruntuhan gapura dengan desain campur campur sekenanya, apa aja yang nyangkut di pikiran saya.

Memakai batu berundak ala machu picchu, gerbang balok model romawi hingga patung sri loro blonyo khas jawa, tapi sumpah, saya agak jijik dengan patung bikinan saya, hahaha, jauh banget hasilnya dengan apa yang saya imajinasikan, tak apalah, jelek jelek karya sendiri, lagian, saya nggak ada bakat jadi pematung. Yang penring ide desain saya, sobat bisa pahami.

Memakai bata ringan lagi, kali ini mengambil jatahnya mas tukang bangunan, hehehe, alias baru, bukan sisa lagi. Saya potong potong sesuai keinginan,...



Ide gapura di atas, masih kurang memuaskan saya, akhirnya saya bongkar lagi. Inilah hasil akhir model gapuranya, setelah di ukir ukir dikit, silahkan dicaci maki, hehehe


Saatnya bikin pot semen custom, dan mempersiapkan beringin tangkringers nya, kita sambung lain hari ya, wassalam

Senin, 21 Oktober 2013

Artikel Robert Steven : Goshin, karya legendaris John Y. Naka

Saya yakin hampir semua dari kita tahu siapa John Yoshio Naka, salah satu tokoh bonsai yg paling terkenal di dunia; tetapi ada berapa yg tahu dan pernah melihat karya master piece beliao yg sangat legendaris ?

Goshin (Spirit Protector) yang berarti “Pelindung Jiwa”. Ini adalah karya terbesar John Y. Naka yg mulai dibuat sejak Thn. 1948, kemudian mengalami beberapa kali perobahan sampai terlihat seperti foto ini.

Image

Goshin dibuat dengan species Foemina junipers dalam gaya forest berjumlah 11 pohon, sebagai simbol jumlah cucu John Y. Naka. Saat dibuat pada Thn. 1948, jumlahnya hanya 2 pohon dalam gaya twin. Baru pada thn. 1964, beliau gabungkan dengan pohon lain dalam gaya forest yang berjumlah 7 pohon; karena saat itu, jumlah cucu John Y. Naka ada tujuh. Lalu dirobah lagi menjadi 11 pohon pada Thn. 1973 karena saat itu beliau telah memiliki 11 cucu.

Image

Pada Thn. 1984, Goshin, salah satu karya bonsai yg tercatat paling banyak pernah dilihat orang, disumbangkan kepada National Bonsai Foundation, lalu di-display di United States National Arboretum di Washington DC, Amerika, tepatnya di North American Pavilion of the National Bonsai & Penjing Museum yg dibangun untuk mengenang dan menghormati beliau.

Image

Karya lain yg juga sangat terkenal dan di-display di tempat tsb adalah Goshin-2 :

Image

John Yoshio Naka, lahir pada tgl. 16 Agustus 1914, meninggal pada tgl. 19 Mei 2004 dalam usia 90 tahun. Beliau adalah seorang guru bonsai sejati yang penuh dedikasi dan sumbangsih beliau terhadap perkembangan perbonsaian dunia adalah tidak ternilai.

Image

Image



Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia

Jumat, 18 Oktober 2013

Beringin nangkring di tembok pagar episode kedua

Pot training made in sendiri sudah kering. Sudah siap untuk menampung tembok dan beringin tangkringer.

Sebelumnya saya kurang puas dengan tampilan temboknya, jadi saya finishing dengan cat akrilik, sehingga tampak lebih realistis, berikut ini gambarnya.

Gambar sebelum di cat


Sesudah dicat warna bata, ditambah aksen hitam kumuh dan hijau, menandakan tembok pagar tua yang lumutan tak terawat.


Untuk beringin tangkringer nya, satu kandidat beringin karet dollar, yang sudah cukup lama menghuni pekarangan saya, tanpa pertumbuhan batang yang terlalu signifikan.

Tampak belakang


Tampak depan


Sebelum nangkring, cukur rambut ke salon dulu......


Saatnya menyatukan si dollar dengan tembok imitasi, kebetulan sekali posisi akar hanya perlu sedikit penyesuaian, dan ktrang dari setengah jam, si karet dollar sudah nangkring doyong dengan anggunnya.


Seperti biasa, sampai titik ini, episodenya kita hentikan dulu, sembari menunggu si dollar memeluk erat tunggangan barunya. Saatnya masuk ruang karantina, saya akan update perkembangannya di lain waktu. Wassalam

Rabu, 16 Oktober 2013

Beringin nangkring di tembok pagar episode pertama

Kayaknya, bulan bulan ini sobat semua akan sering saya ajak nangkring. Hehehe, gara gara liat tukang bangunan nangkring di tembok dan masih berhubungan dengan posting beringin nangkring yang lalu, sebuah ide kembali tercetus.

 Kurang lebih idenya akan seperti gambar gambar ini




Untuk merealisasikan ide ini, tentunya miniatur pagarnya kudu di siapin dulu. Masih menggunakan sisa bata ringan, dan masih mengganggu kerja para tukang bangunan, saya rancang dulu penampang pagarnya.


Saya membuat panduan alur bata menggunakan spidol dan penggaris


Lalu membuat penampang coakan menggunakan gergaji agar terlihat lebih realistis, hasilnya seperti dibawah ini,

Dan untuk membuat efek sambungan bata yang lebih dramatis, pada coakan alurnya, saya olesi cairan semen.


oke, bersambung dulu ya, nunggu pot customnya siap dulu, Insyaallah akan saya sambung dalam tempo yang sesingkat singkatnya

Senin, 14 Oktober 2013

Artikel Robert Steven : Pentingnya elemen display seni bonsai

Bonsai karya Tony Tickle dari Inggris di pameran EBA...

Image


Ini adalah contoh konkret mengenai pentingnya wadah tanam serta elemen display dalam seni bonsai yang sering saya bahas atau kritik.

Coba bandingkan dengan salah satu bonsai di pameran kita. Bonsai yg mana yg lebih bagus, dan bonsai yg mana yg mempunyai nilai seni yg lebih tinggi ?

Image


Apakah kita tetap beranggapan bahwa kwalitas bonsai tetap yg terpenting dan elemen lain bisa diabaikan ? Menurut saya, kwalitas dan nilai sebuah karya bonsai bukan saja pada pohon, tetapi penampilan secara keseluruhan secara harmonis...

Pertanyaan, bila kedua bonsai tersebut ditampilkan bersamaan pada satu kontes, yg mana yg akan anda berikan nilai lebih tinggi ?

Sekedar renungan untuk kita semua...

___________________________________________________________________________________

Coba lihat di bawah ini, saya mencoba membuat simulasi dengan pohon yg sama, tetapi diganti potnya dan tata display yg berbeda saat pameran..Bagaimana pendapat anda sekarang ?

Image


Image

 __________________________________________________________________________________

 Sekedar perbandingan bahwa beberapa negara tetangga kita juga sudah sangat mengerti dan menghargai elemen display saat pameran, termasuk negara-negara yg kita anggap bonsai mereka masih di bawah kita...

Yang penting bukan saja kesadaran anggota peserta, tetapi kesadaran penyelenggara..

Thailand :

Image


Vietnam :

Image


Filipina :

Image


Singapore :

Image


India :

Image


Malaysia :

Image


Taiwan :

Image


...dan, maaf...Indonesia :

Image


Sudah ada sebagian anggota prserta kita yg sudah mengerti dan melakukannya, tetapi sayang justru panitia yg belum mengerti cara apresiasinya.
Mudah-mudahan ini adalah cambuk untuk kita semua, supaya jangan sampai mutu bonsai kita yg begitu bagus tidak diapresiasi secara memadai.



Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...