Program Kontes Yang Dapat Meningkatkan Mutu Bonsai Nasional
Bonsai adalah karya seni, lalu mengapa karya seni dapat dikonteskan ? Pertanyaan ini sering kita dengar; lalu apa jawabannya ? Apakah kontes bonsai diadakan sebagai ajang pamer keterampilan, ajang mencari kebanggaan dan kepuasan pribadi (mampu membeli bonsai mahal), sekedar ajang berdagang ataukah sebagai suatu kegiatan berkesenian untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, mencari barometer pembanding demi untuk lebih meningkatkan mutu bonsai nasional ?
Apapun jawabannya, yang pasti ada manfaat positif nya terutama dalam peningkatan mutu perbonsaian nasional dengan segala kepentingan masing-masing, kepentingan yang saling menunjang dan saling membutuhkan; dan selanjutnya dengan mutu yang semakin baik akan membawa manfaat bagi semua lapisan pecinta seni bonsai nasional.
Tetapi kontes yang bagaimana yang dapat meningkatkan mutu perbonsaian nasional sekaligus menciptakan sinergi terpadu secara nasional ? Jawabannya adalah kontes yang terprogram secara nasional yang dapat menghasilkan tolok ukur mutu bonsai secara nasional, dan yang dapat dilihat secara kasat mata perkembangan dari tahun ke tahun.
Apakah sistem penjurian dapat meningkatkan mutu bonsai nasional ? Menurut saya sama sekali tidak !
Sistem penjurian hanyalah alat dan metode pada suatu kontes tertentu, kwalitas juri malah jauh lebih penting dari pada apapun sistem yang dipakai.
Kontes yang kita lakukan sekarang jelas tidak terprogram, mungkin ada misi, tetapi tanpa visi. Semua kontes yang dilakukan oleh masing-masing daerah adalah terpenggal-penggal tanpa tujuan. Selalu ada istilah kontes nasional, tetapi apakah kontes tersebut benar mencerminkan skop nasional ? Jangankan nasional, provinsi saja belum tentu; lalu tolok ukur nasional yang bagaimana yang terbentuk ? Juara nasional yang di mana yang mencerminkan mutu bonsai nasional kita ?
Lalu seharusnya bagaimana ?
Seharusnya setiap kontes yang diadakan oleh masing-masing daerah adalah merupakan seleksi yang kemudian akan mengkrucut ke kontes nasional; dan kontes nasional seharusnya diadakan oleh pusat hanya satu tahun sekali.
Bonsai mana yang boleh ikut dalam kontes nasional ? Ini sekedar masalah teknis seleksi yang sederhana, bisa dengan cara pembagian quota sesuai dengan kondisi setiap daerah. Dengan demikian, setiap anggota di daerah akan berlomba-lomba meningkatkan mutu bonsai mereka pada kontes daerah, supaya bisa terseleksi untuk ikut ke kontes nasional. Dengan demikian, jangankan menang, bisa masuk seleksi saja sudah merupakan kebanggaan; dan dengan demikian, tolok ukur mutu bonsai nasional dapat dengan jelas terlihat dan terukur perkembangannya..dan yang paling penting lagi, jelas mencerminkan mutu bonsai nasional.
Sistem ini sudah dilakukan di banyak negara, bahkan bukan lagi nasional, tetapi regional seperti Eropah.
Sistem ini sudah sering saya utarakan sejak saya masih dalam kepengurusan pusat, tetapi tidak pernah ditanggapi.
Bagaimana dengan kontes kelas madia dan utama ? Menurut saya, ini boleh saja karena merupakan tahapan seleksi untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi, sekaligus untuk merangsang mereka yang bonsainya belum terlalu bagus, tetapi tetap dapat mengikuti kontes dan memenangkan penghargaan untuk selanjutnya meningkatkan mutunya secara berjenjang.
Bagaimana dengan kontes bahan prospek dengan alasan untuk memberi kesempatan dan semangat kepada pemula ? Menurut saya, ini adalah cara akal-akalan yang tidak mendidik, malah sebaliknya menciptakan kondisi pembodohan kepada pemula. Ini adalah ide yang menggampangkan untuk sekedar menyenangkan orang tanpa memikirkan efek jangka panjang terhadap perkembangan perbonsaian nasional, bahkan merupakan pelecehan terhadap seni bonsai.
Ada juga yang beralasan supaya panitia bisa mencari dana tambahan dari uang pendaftaran karena biaya yang dikeluarkan cukup banyak dan sering rugi. Saya sama sekali tidak dapat menerima alasan ini karena banyak cara untuk mencari dana termasuk sponsor; dan kalau tidak mampu dan tidak ada penyandang dana untuk menalangi kerugian, ya jangan adakan acara, atau cari cara lain sesuai dana yang ada tanpa harus mengorbankan perbonsaian nasional. Di mana mana di seluruh dunia, kalau sudah bersedia menjadi ketua cabang ya sudah harus siap bekerja keras, mengabdi, berkorban dalam dana dan raga; di sinilah letak bukti kemampuan memimpin.
Ada yang mengatakan kenapa tidak, syah-syah saja selama tidak ada yang dirugikan, malah menguntungkan pedagang dan pemula. Menurut saya, ini adalah pemikiran yang “ignorant”, dangkal melalui jalan pintas tanpa berusaha berpikir. Kalau alasannya adalah untuk memberi semangat kepada pemula, merangsang pemain baru, memberi peluang kepada pedagang…banyak cara yang bisa dilakukan dengan lebih baik, lebih mendidik dan lebih efektif.
Salah satu contoh konkrit yang sudah dilakukan di Indonesia, yaitu di pameran/ kontes di Sumenep pada bulan Mei 2011. Saat itu saya diminta untuk menjadi penasehat panitia. Saat saya tahu bahwa rencananya akan ada kontes bahan prospek, saya menentang keras dan mengusulkan cara lain untuk merangsang semangat pemula, yaitu kontes sketsa desain bonsai. Kami pamerkan beberapa bahan yang berbeda, lalu peserta diminta untuk membuat sketsa desain yang menurut mereka cocok dan bisa dibuat dari bahan tersebut. Yang kami nilai bukan keterampilan sketsa, tetapi ide, kreativitas dan kemungkinan logika dari desain tersebut.
Ternyata animo persertanya sangat luar biasa, hampir semuanya pemula, dan hasil sketsa juga menampilkan ide-ide cemerlang dan kreatif. Cara ini terbukti efektif untuk merangsang minat dan kreativitas, dan rasa kebanggaan jauh lebih positif dari pada menang kontes bahan yang tidak mendidik dan tidak mencerdaskan.
Ide ini sebenarnya dapat dikembangkan lebih lanjut; misalnya setiap peserta bisa ikut dalam kontes dengan bahan yang mereka miliki, tetapi harus disertai dengan sketsa desain yang sederhana. Lalu juri menilai faktor kreativitas dan kemungkinan logis desain tersebut, bukan bahannya yang dinilai ! Cara ini jauh lebih mendidik, menyenangkan sekaligus menguntungkan semua pihak. Peserta dapat belajar berimajinasi dan berkreasi, bahan dapat dijual karena calon pembeli bisa melihat prospek desain dari bahan tersebut, apalagi kalau menang penghargaan, dan panitia juga tetap bisa mendapatkan uang pendaftaran.
Dalam setiap pameran, kalau organisasi mempunyai visi jauh, juga dapat dilakukan lomba untuk merangsang minat bonsai kepada generasi muda dan generasi penerus, khususnya anak-anak. Banyak cara, antara lain dengan lomba melukis bonsai yang dipamerkan, atau lomba mewarnai gambar bonsai dan lain-lain. Bisa dengan bekerja-sama dengan sekolah TK atau SD, lalu cari sponsor untuk berjualan dagangan jajanan (atau panitia yang adakan sendiri) karena ramai anak-anak...dan hasilnya adalah dana tambahan.
Masalah kita adalah apakah “mereka-mereka” itu mempunyai misi dan visi, mau berpikir dan mempunyai niat kepedulian melakukannya ? Walahualam…..
Bonsai adalah karya seni, lalu mengapa karya seni dapat dikonteskan ? Pertanyaan ini sering kita dengar; lalu apa jawabannya ? Apakah kontes bonsai diadakan sebagai ajang pamer keterampilan, ajang mencari kebanggaan dan kepuasan pribadi (mampu membeli bonsai mahal), sekedar ajang berdagang ataukah sebagai suatu kegiatan berkesenian untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, mencari barometer pembanding demi untuk lebih meningkatkan mutu bonsai nasional ?
Apapun jawabannya, yang pasti ada manfaat positif nya terutama dalam peningkatan mutu perbonsaian nasional dengan segala kepentingan masing-masing, kepentingan yang saling menunjang dan saling membutuhkan; dan selanjutnya dengan mutu yang semakin baik akan membawa manfaat bagi semua lapisan pecinta seni bonsai nasional.
Tetapi kontes yang bagaimana yang dapat meningkatkan mutu perbonsaian nasional sekaligus menciptakan sinergi terpadu secara nasional ? Jawabannya adalah kontes yang terprogram secara nasional yang dapat menghasilkan tolok ukur mutu bonsai secara nasional, dan yang dapat dilihat secara kasat mata perkembangan dari tahun ke tahun.
Apakah sistem penjurian dapat meningkatkan mutu bonsai nasional ? Menurut saya sama sekali tidak !
Sistem penjurian hanyalah alat dan metode pada suatu kontes tertentu, kwalitas juri malah jauh lebih penting dari pada apapun sistem yang dipakai.
Kontes yang kita lakukan sekarang jelas tidak terprogram, mungkin ada misi, tetapi tanpa visi. Semua kontes yang dilakukan oleh masing-masing daerah adalah terpenggal-penggal tanpa tujuan. Selalu ada istilah kontes nasional, tetapi apakah kontes tersebut benar mencerminkan skop nasional ? Jangankan nasional, provinsi saja belum tentu; lalu tolok ukur nasional yang bagaimana yang terbentuk ? Juara nasional yang di mana yang mencerminkan mutu bonsai nasional kita ?
Lalu seharusnya bagaimana ?
Seharusnya setiap kontes yang diadakan oleh masing-masing daerah adalah merupakan seleksi yang kemudian akan mengkrucut ke kontes nasional; dan kontes nasional seharusnya diadakan oleh pusat hanya satu tahun sekali.
Bonsai mana yang boleh ikut dalam kontes nasional ? Ini sekedar masalah teknis seleksi yang sederhana, bisa dengan cara pembagian quota sesuai dengan kondisi setiap daerah. Dengan demikian, setiap anggota di daerah akan berlomba-lomba meningkatkan mutu bonsai mereka pada kontes daerah, supaya bisa terseleksi untuk ikut ke kontes nasional. Dengan demikian, jangankan menang, bisa masuk seleksi saja sudah merupakan kebanggaan; dan dengan demikian, tolok ukur mutu bonsai nasional dapat dengan jelas terlihat dan terukur perkembangannya..dan yang paling penting lagi, jelas mencerminkan mutu bonsai nasional.
Sistem ini sudah dilakukan di banyak negara, bahkan bukan lagi nasional, tetapi regional seperti Eropah.
Sistem ini sudah sering saya utarakan sejak saya masih dalam kepengurusan pusat, tetapi tidak pernah ditanggapi.
Bagaimana dengan kontes kelas madia dan utama ? Menurut saya, ini boleh saja karena merupakan tahapan seleksi untuk menuju ke jenjang yang lebih tinggi, sekaligus untuk merangsang mereka yang bonsainya belum terlalu bagus, tetapi tetap dapat mengikuti kontes dan memenangkan penghargaan untuk selanjutnya meningkatkan mutunya secara berjenjang.
Bagaimana dengan kontes bahan prospek dengan alasan untuk memberi kesempatan dan semangat kepada pemula ? Menurut saya, ini adalah cara akal-akalan yang tidak mendidik, malah sebaliknya menciptakan kondisi pembodohan kepada pemula. Ini adalah ide yang menggampangkan untuk sekedar menyenangkan orang tanpa memikirkan efek jangka panjang terhadap perkembangan perbonsaian nasional, bahkan merupakan pelecehan terhadap seni bonsai.
Ada juga yang beralasan supaya panitia bisa mencari dana tambahan dari uang pendaftaran karena biaya yang dikeluarkan cukup banyak dan sering rugi. Saya sama sekali tidak dapat menerima alasan ini karena banyak cara untuk mencari dana termasuk sponsor; dan kalau tidak mampu dan tidak ada penyandang dana untuk menalangi kerugian, ya jangan adakan acara, atau cari cara lain sesuai dana yang ada tanpa harus mengorbankan perbonsaian nasional. Di mana mana di seluruh dunia, kalau sudah bersedia menjadi ketua cabang ya sudah harus siap bekerja keras, mengabdi, berkorban dalam dana dan raga; di sinilah letak bukti kemampuan memimpin.
Ada yang mengatakan kenapa tidak, syah-syah saja selama tidak ada yang dirugikan, malah menguntungkan pedagang dan pemula. Menurut saya, ini adalah pemikiran yang “ignorant”, dangkal melalui jalan pintas tanpa berusaha berpikir. Kalau alasannya adalah untuk memberi semangat kepada pemula, merangsang pemain baru, memberi peluang kepada pedagang…banyak cara yang bisa dilakukan dengan lebih baik, lebih mendidik dan lebih efektif.
Salah satu contoh konkrit yang sudah dilakukan di Indonesia, yaitu di pameran/ kontes di Sumenep pada bulan Mei 2011. Saat itu saya diminta untuk menjadi penasehat panitia. Saat saya tahu bahwa rencananya akan ada kontes bahan prospek, saya menentang keras dan mengusulkan cara lain untuk merangsang semangat pemula, yaitu kontes sketsa desain bonsai. Kami pamerkan beberapa bahan yang berbeda, lalu peserta diminta untuk membuat sketsa desain yang menurut mereka cocok dan bisa dibuat dari bahan tersebut. Yang kami nilai bukan keterampilan sketsa, tetapi ide, kreativitas dan kemungkinan logika dari desain tersebut.
Ternyata animo persertanya sangat luar biasa, hampir semuanya pemula, dan hasil sketsa juga menampilkan ide-ide cemerlang dan kreatif. Cara ini terbukti efektif untuk merangsang minat dan kreativitas, dan rasa kebanggaan jauh lebih positif dari pada menang kontes bahan yang tidak mendidik dan tidak mencerdaskan.
Ide ini sebenarnya dapat dikembangkan lebih lanjut; misalnya setiap peserta bisa ikut dalam kontes dengan bahan yang mereka miliki, tetapi harus disertai dengan sketsa desain yang sederhana. Lalu juri menilai faktor kreativitas dan kemungkinan logis desain tersebut, bukan bahannya yang dinilai ! Cara ini jauh lebih mendidik, menyenangkan sekaligus menguntungkan semua pihak. Peserta dapat belajar berimajinasi dan berkreasi, bahan dapat dijual karena calon pembeli bisa melihat prospek desain dari bahan tersebut, apalagi kalau menang penghargaan, dan panitia juga tetap bisa mendapatkan uang pendaftaran.
Dalam setiap pameran, kalau organisasi mempunyai visi jauh, juga dapat dilakukan lomba untuk merangsang minat bonsai kepada generasi muda dan generasi penerus, khususnya anak-anak. Banyak cara, antara lain dengan lomba melukis bonsai yang dipamerkan, atau lomba mewarnai gambar bonsai dan lain-lain. Bisa dengan bekerja-sama dengan sekolah TK atau SD, lalu cari sponsor untuk berjualan dagangan jajanan (atau panitia yang adakan sendiri) karena ramai anak-anak...dan hasilnya adalah dana tambahan.
Masalah kita adalah apakah “mereka-mereka” itu mempunyai misi dan visi, mau berpikir dan mempunyai niat kepedulian melakukannya ? Walahualam…..
Artikel ini ditulis oleh Robert Steven di Forum Hobby Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar