Kamis, 07 Maret 2013

Menumbuhkan Akar Bonsai di Batu



Bonsai pohon di batu menciptakan kesan pepohonan yang tumbuh di jurang atau lereng terjal. Pohon tumbuh di batu karang juga menciptakan kesan pohon itu tua, liar, dan alami.
Penghijauan, imbauan berkebun, hingga kontribusi oksigen lama dilakukan para pebonsai. Selain menikmati keindahan dan produksi buah, pebonsai memilih keindahan pohon sebagai kesukaan tersendiri. Meski pohon yang dibonsai dapat berbuah, seperti kawista, gondorukem, atau dewandaru, tetap saja buahnya itu diharapkan dapat mendukung keindahannya.
Pohon bonsai di atas batu adalah salah satu alternatif dalam membonsai. Untuk membonsai, diperlukan batu karang. Menanam pohon yang dibonsai yang akarnya tumbuh di batu bertujuan membuat kesamaan imajinasi dengan pohon yang tumbuh di puncak bukit, lereng, gua, bahkan lembah terjal.
Pola imajinasi ini sebenarnya merupakan tindakan meniru kenyataan, mimesis, atau mimetik, mengikuti pola alami kendati dalam bentuk miniatur. Itulah sebabnya bonsai di dalam dunia tanaman dapat dikatakan sebagai tindakan seni.
Soal gaya bonsai di atas batu karang, tekstur batu karang diharapkan memberi kemungkinan untuk merambatnya akar pohon yang dibonsai. Selain itu, batu karang lebih menyimpan air sehingga menjadi cadangan untuk pohon bertahan hidup di musim panas yang dapat mengeringkan daun, terutama untuk musim di Indonesia saat ini. Batu karang pun dipilih karena ringan.
Beberapa pebonsai mengatakan, pohon yang ideal untuk ditanam di atas batu adalah jenis beringin, serut, sisir, asem, atau pun sancang. Ini pemahaman yang ideal.
Kendati begitu, tetap saja para pebonsai, seperti Maspadhik, mencoba jenis lain, seperti kemuning, untuk ditanam di karang. Sekarang saya sedang menanam dewandaru (sianto, nama latinnya Eugenia flora), ujar penggemar bonsai yang dikenal juga sebagai perupa di Jakarta ini.
Lain lagi pendapat Rully Pangalila, penghobi bonsai yang memiliki nursery di Depok. Bagi Rully, pada prinsipnya ada dua jenis karang, yaitu karang gunung dan karang laut, yang sama-sama bagus digunakan. Hanya saja, idealnya adalah karang gunung, karena karang gunung lebih memiliki banyak rongga.
“Karang gunung bentuknya banyak rongga dan lubang, kalau karang laut masih padat dan jarang berlubang. Tapi, semua karang dapat digunakan, paparnya.
Menyoal tanaman yang ideal masuk ke batu, menurutnya, seharusnya semua jenis tanaman dapat tumbuh di karang. Itu tergantung kreasi para pemiliknya.Jadi sah-sah saja namanya orang berkreasi, dari tanaman santigi, ulmus, sampai beringin pun dapat ditumbuhkan di karang. Namanya saja kreasi,” papar Rully.
Menarik Akar
Pada kenyataannya, menanam di karang sebenarnya memiliki dua pengertian, yaitu menanam di dalam batu (in the rock) atau pun menanam di atas batu (on the rock). Teknik lain, pohon bonsai dapat diselipkan di tekstur karang yang memiliki lekuk, atau akarnya diselipkan di lekukan karang.
Untuk soal itu, Rully memberikan tips. Kalau akarnya sudah besar, akar dapat dimasukkan langsung ke rongga-rongga di dalam karang. Setelah dimasukkan ke dalam karang, karang dan akar tanaman itu dipendam tiga sampai lima bulan dan setelah itu dicek lagi. Bila masih ada akar yang keluar, akar dapat dimasukkan lagi ke dalam karang. Demikian seterusnya.
“Kalau akar masih serabut, dapat menggunakan sedotan. Jadi, akar dimasukkan ke dalam sedotan lalu sedotannya ditarik dan dimasukkan ke batu. Kalau akar besar ingin lebih besar lagi, ya dapat memanfaatkan selang. Yang penting, semua memerlukan kehati-hatian, terutama untuk memasukkan akar dan menariknya ke rongga batu, papar Rully.
This post was submitted by Sihar Ramses Simatupang / SH.

disadur dari indonesiamedia

2 komentar:

  1. postingnya sangat berguna dan menggugah boss.. jadi tambah semangat n gatel ngulik taneman di teras rumah..

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...